Di tengah gemerlap gedung perkantoran Jakarta, ada sebuah kebenaran yang jarang terucap: dunia kerja profesional bukanlah arena yang adil. Ia adalah sebuah rimba beton dengan aturan mainnya sendiri yang tak tertulis, di mana loyalitas seringkali dibalas dengan kotak kardus (mengemasi barang – barang) , dan kerja keras tak selalu menjadi jalan tol menuju promosi.
Sebuah e-book baru yang ditulis oleh seorang praktisi HR senior anonim,
“HR Undercover: Rimba Beton”, mengklaim sebagai “pengakuan dosa” dari sang penjaga gerbang (HR). Bukan buku motivasi, melainkan sebuah panduan demotivasi untuk membuat Anda “terjaga”. Tapi, kebenaran pahit apa saja yang sebenarnya dibongkar di dalamnya?
“HR Undercover” tidak berbicara dalam bahasa teori yang membosankan. Ia berbicara melalui cerita—puluhan kisah nyata yang disamarkan sebagai fiksi, yang akan terasa sangat familiar bagi siapa pun yang pernah bekerja.
Anda akan “bertemu” dengan arketipe-arketipe yang mungkin duduk di sebelah kubikel Anda:
Arya, Si Hantu Baik Hati:
Seorang jenius teknis yang karyanya brilian, namun tak pernah terlihat. Dialah yang membangun istana, namun orang lain yang menjadi ratu di dalamnya. Kisahnya adalah pelajaran brutal bahwa pekerjaan hebat yang tidak dikemas baik dianggap tidak pernah ada.
Sarah, Sang Prajurit Loyal:
Dia yang menunda pernikahan dan bekerja di akhir pekan untuk menyelamatkan perusahaan saat krisis. Hadiahnya? Sebuah email “restrukturisasi organisasi” saat perusahaan kembali jaya. Ceritanya adalah pengingat pahit: perusahaan bukanlah keluargamu, ia adalah tim olahraga profesional.
Maya, Si Tahanan Sangkar Emas:
Profesional muda yang kariernya melesat, namun terbelenggu oleh cicilan mobil Eropa dan apartemen di pusat kota. Dia tidak bisa lagi berkata “tidak” pada atasan yang semena-mena, bukan karena cinta, tapi karena dia tidak punya pilihan lain.
Dosa-Dosa Sang Penjaga Gerbang (HR)
Bagian paling menusuk dari buku ini adalah saat sang penulis, “Har”, membongkar dosa-dosanya sendiri sebagai seorang praktisi HR. Ia mengakui bahwa HR bukanlah sahabatmu; mereka adalah garda terdepan manajemen yang menyamar sebagai konselor.
Anda akan membaca bagaimana:
- Keluhan pelecehan dari seorang staf junior “diselesaikan” dengan cara mengasingkan korbannya demi melindungi sang “bintang” penghasil uang.
- Data penilaian kinerja “dirapikan” untuk membenarkan promosi bagi “anak emas” atasan, sementara karyawan berprestasi lainnya diberi narasi kegagalan.
- Kerapuhan personal yang Anda ceritakan dalam sesi konseling, justru digunakan sebagai “data” untuk menjustifikasi PHK Anda di kemudian hari.
Bukan untuk Menjadi Sinis, Tapi untuk Menjadi Strategis
“HR Undercover” bukanlah buku untuk membuat Anda putus asa. Sebaliknya, ini adalah sebuah playbook. Tujuannya adalah untuk membekali Anda dengan pengetahuan tentang aturan main yang sesungguhnya, agar Anda tidak lagi menjadi korban.
Setelah membaca buku ini, Anda tidak akan pernah lagi melihat rapat evaluasi, sesi brainstorming, atau bahkan obrolan santai di pantry dengan cara yang sama. Anda akan menjadi pemain yang sadar, yang tahu kapan harus diam, kapan harus bersuara, dan kapan harus mulai merencanakan langkah Anda berikutnya.
Apakah Anda Siap Mengetahui Aturan Mainnya?
Jika Anda lelah merasa kerja keras Anda tidak dihargai, jika Anda bingung mengapa karier Anda mandek, dan jika Anda siap untuk melihat dunia kerja apa adanya—dengan segala kebrutalan dan keindahannya yang aneh—maka buku ini ditulis untuk Anda.
Klik di sini untuk mendapatkan akses ke “HR Undercover: Rimba Beton”.
Berhentilah menjadi pion, mulailah menjadi pemain.
[MN]